Nisa Armila Gunawan (19310410076)
Psikologi Kepribadian II
Dosen Pengampu : Fx Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA.
Seligman merupakan tokoh psikologi yang memprakarsai kajian tentang psikologi positif. Psikologi positif yang dipelopori oleh Seligman menaruh perhatian besar pada sisi-sisi positif manusia. Ia menaruh perhatian lebih pada kekuatan dan kebajikan yang bisa membuat seseorang atau sekelompok orang menjadi berhasil dalam hidup atau meraih tujuan hidupnya sehingga ia menjadi bahagia. Menurutnya:
"Psychology is not just the study of desease, weakeness, and damage; it is also study of strength and virtue. Treatment is not just fixing what is wrong; it is also building what is right."
Seligman dalam pernyataan di atas sangat menyadari bahwa salah satu kesalahan besar yang dilakukan oleh para ilmuan psikologi selama ini adalah menutup mata dari sisi positif manusia. Yang menjadi perhatian bagi mereka adalah manusia sebagai individu yang senantiasa diasosiakan kepadanya seluruh hal yang bersifat negative, sehingga mereka harus diobati dan dicarikan solusi.
Seligman memberikan delapan faktor eksternal yang mempengaruhi kebahagiaan seseorang, namun tidak semuanya memiliki pengaruh yang besar. Berikut ini adalah penjabaran dari faktor-faktor eksternal yang berkontribusi terhadap kebahagiaan seseorang menurut Seligman :
1. Uang
Keadaan keuangan yang dimiliki seseorang pada saat tertentu menentukan kebahagiaan yang dirasakannya akibat peningkatan kekayaan. Individu yang menempatkan uang di atas tujuan yang lainnya juga akan cenderung menjadi kurang puas dengan pemasukan dan kehidupannya secara keseluruhan.
2. Pernikahan
Pernikahan memiliki dampak yang jauh lebih besar dibanding uang dalam mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Individu yang menikah cenderung lebih bahagia daripada mereka yang tidak menikah. Lebih bahagianya individu yang telah menikah bisa karena pernikahan menyediakan keintiman psikologis dan fisik, konteks untuk memiliki anak, membangun rumah tangga, dan mengafirmasi identitas serta peran sosial sebagai pasangan dan orang tua.
3. Kehidupan Sosial
Individu yang memiliki tingkat kebahagiaan yang lebih tinggi umumnya memiliki kehidupaan sosial yang memuaskan dan menghabiskan banyak waktu bersosialisasi. Mempertahankan beberapa hubungan dekat dipercayai telah ditemukan berkorelasi dengan kebahagiaan dan kesejahteraan subjektif.
4. Kesehatan
Kesehatan yang dapat berpengaruh terhadap kebahagiaan adalah kesehatan yang dipersepsikan oleh individu (kesehatan subjektif), bukan kesehatan yang sebenarnya dimiliki (kesehatan obyektif).
5. Agama
Penelitian menunjukkan bahwa individu yang religius lebih bahagia dan lebih puas dengan kehidupannya dibandingkan individu yang tidak religius. Hal ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, efek psikologis yang ditimbulkan oleh religiusitas cenderung positif. Kedua, adanya keuntungan emosional dari agama berupa dukungan sosial dari mereka yang bersama-sama membentuk kelompok agama yang simpatik. Ketiga, agama sering dihubungkan dengan karakteristik gaya hidup sehat secara fisik dan psikologis dalam kesetiaan perkawinan, perilaku prososial, makan dan minum secara teratur, dan komitmen untuk bekerja keras.
6. Emosi Positif
Emosi positif merupakan emosi yang dikehendaki seseorang, seperti gembira, rasa ingin tahu, cinta, bangga dll.
7. Usia
Sebuah studi mengenai kebahagiaan terhadap 60.000 orang dewasa di 40 negara membagi kebahagiaan ke dalam tiga komponen, yaitu kepuasan hidup, afek menyenangkan, dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup yang meningkat perlahan seiring dengan usia, afek menyenangkan menurun sedikit, dan afek tidak menyenangkan tidak berubah.
8. Pendidikan, Iklim, Ras dan Jender
Keempat hal ini memiliki pengaruh yang tidak cukup besar terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Pendidikan dapat sedikit meningkatkan kebahagiaan pada mereka yang berpenghasilan rendah karena pendidikan merupakan sarana untuk mencapai pendapatan yang lebih baik. Iklim di daerah dimana seseorang tinggal dan ras juga tidak memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan. Sedangkan jender, antara pria dan wanita tidak terdapat perbedaan pada keadaan emosinya, namun ini karena wanita cenderung lebih bahagia sekaligus lebih sedih dibandingkan pria.
Terdapat tiga faktor internal yang berkontribusi terhadap kebahagiaan menurut Seligman. Ketiga hal tersebut tidak selalu dirasakan secara bersamaan, seseorang bisa saja bangga dan puas dengan masa lalunya namun merasa getir dan pesimis terhadap masa sekarang dan yang akan datang.
1. Kepuasan Terhadap Masa Lalu Kepuasan terhadap masa lalu dapat dicapai melalui tiga cara: Melepaskan pandangan masa lalu sebagai penentu masa depan seseorang; Gratitude (bersyukur) terhadap hal-hal baik dalam hidup akan meningkatkan kenangan-kenangan positif; Forgiving dan forgetting (memaafkan dan melupakan).
2. Optimisme Terhadap Masa Depan. Optimisme didefinisikan sebagai ekspektasi secara umum bahwa akan terjadi lebih banyak hal baik dibandingkan hal buruk di masa yang akan datang.
3. Kebahagiaan Masa Sekarang
Kebahagiaan masa sekarang melibatkan dua hal, yaitu:
a. Pleasure yaitu kesenangan yang memiliki komponen sensori dan emosional yang kuat, sifatnya sementara dan melibatkan sedikit pemikiran. Pleasure terbagi menjadi dua, yaitu : bodily pleasures yang didapat melalui indera dan sensori; dan higher pleasures yang didapat melalui aktivitas yang lebih kompleks.
b. Gratification yaitu kegiatan yang sangat disukai oleh seseorang namun tidak selalu melibatkan perasaan tertentu, dan durasinya lebih lama dibandingkan pleasure, kegiatan yang memunculkan gratifikasi umumnya memiliki komponen seperti menantang, membutuhkan keterampilan dan konsentrasi, bertujuan, ada umpan balik langsung.
Referensi :
Jusmiati. (2017). Rausyah Fikr : Konsep Kebahagiaan Martin Seligman (Sebuah Penelitian Awal). Vol. 13, No. 2
Matheos,Meriam Oriliand. (2017). Jurnal Riset Bisnis dan Manajemen : Matheos Faktor-Faktor Determinan Kebahagiaan Kerja Karyawan (Studi Kasus Pada PT. Bank Bukopin Tbk. Cabang Manado). Vol. 5, No. 4
Komentar
Posting Komentar