Langsung ke konten utama

TEORI KEPRIBADIAN NEAL E. MILLER DAN JOHN DOLLARD





Nisa Armila Gunawan (19310410076)

Psikologi Kepribadian II 

Dosen Pengampu : Fx Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA.


Dollard dan Miller bekerja sama di Institute of Human Relatiens - Universitas Yale, mengembangkan pendekatan interdisiplin tiga bidang ilmu; teori belajar, psikoanalytic, dan anthropologi sosial. Teori mereka banyak dipengaruhi oleh Teori Hull~Spence, yang terutama menangani peran motivasi salam tingkah laku dan Bagaimana motivasi belajar dapat diperoleh. Mereka berusaha menjelaskan konsep-konsep penting dari psikoanalytic seperti kecemasan-konflik represi, menggunakan prinsip-prinsip psikologi belajar dan kondisi sosial dari belajar. 

Menurut Dollar dan Miller, bentuk sederhana dari teori belajar adalah mempelajari keadaan dimana terjadi hubungan antara respon dengan cue-stimulusnya." Bahasan mengenai prinsip-prinsip asosiasi, ganjaran atau reinforcement menjadi sangat penting


STRUKTUR KEPRIBADIAN 

Habit atau kebiasaan adalah satu-satunya elemen dalam Teori Dollar dan Miller yang memiliki sifat struktural. Habit adalah ikatan atau asosiasi antara stimulus dengan respon, yang relatif stabil dan bertahan lama dalam kepribadian. Karena itu gambaran kebiasaan seseorang tergantung pada event khas yang menjadi pengalamannya. Namun susunan kebiasaan itu bersifat sementara: kebiasaan hari ini mungkin berubah berkat pengalaman baru besok pagi. 

Dollard can Miller juga mempertimbangkan secondary drives/dorongan sekunder, seperti rasa takut sebagai bagian kepribadian yang relatif stabil. Primary drives dan hubungan S-R yang innate juga menyumbang struktur kepribadian, walaupun kurang penting dibanding habit dan secondary drives, karena primary drive dan hubungan S-R ini menentukan taraf umum seseorang, bukan membuat seseorang menjadi unik. 


DINAMIKA KEPRIBADIAN

1. Motivation Drives 

Dalam kehidupan manusia banyak sekali muncul secondary drives (drives yang dipelajari) dari atau berdasarkan primary drives seperti lapar, haus dan seks. Dorongan yang dipelajari itu berperan sebagai wajah semu yang fungsinya menyembunyikan drives innate.

2. Proses belajar 

Dollard dan Miller melakukan eksperimen rasa takut terhadap tikus. Peralatannya adalah kotak yang dasarnya diberi aliran listrik yang menimbulkan rasa sakit, kotak itu diberi sekat yang dapat diloncati tikus. Dari eksperimen-eksperimennya, Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa sebagian besar dorongan sekunder yang dipelajari manusia, dipelajari melalui belajar rasa takut
dan anxiety.

Drive: adalah stimulus (dari dalam diri organisme) yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak menentukan bentuk kegiatannya. Kekuatan drives tergantung kekuatan stimulus yang memunculkannya. Semakin kuat drivesnya, semakin keras usaha tingkah laku yang dihasilkannya. Secondary drives atau drives yang dipelajari/diperoleh berdasarkan primary drives; rasa takut diperoleh dibangun di atas drives.

Pain: Sesudah secondary drives dimiliki, itu akan memotivasi untuk mempelajari respon baru seperti fungsi dari primary drives. Kekuatan secondary drives ini tergantung kepada kekuatan primary drives dan jumlah reinforcement yang diperoleh. 

Cue: adalah stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon.
Response: adalah aktivitas yang dilakukan seseorang.

Reinforcement: agar belajar terjadi, harus ada reinforcement atau reward. Dollard dan Miller mendefinisinya sebagai drive reduction (pereda dorongan).

3. Proses mental yang lebih tinggi 

3.1. Perluasan stimulus-respon 

Seorang pilot yang pesawatnya meledak karena tertembak musuh, menyelamatkan diri dengan kursi lontar. Pilot ini menjadi fobia, takut dengan pesawat dan hal-hal yang berkaitan dengan pesawat dan pertempuran. Konsep qdrive-cue-respon-reinforcement menjadi kurang tepat karena stimuli penyebab takut bukan lagi suara ledakan, tetapi jugafikiran mengenai pesawat dan ingatan mengenai kecelakaan itu sendiri. Dollard dan Miller memperluas apa yang dimaksud dengan stimulus dan respon, sehingga teori belajar bukan hanya menjelaskan tingkah laku yang sederhana, tetapi juga hal-hal yang makna dan terapan.

3.2. Generafisasi stimulus 

Menurut Dollard dan Miller, ada dua tipe interaksi individu dengan lingkungannya. Pertama, interaksi yang umumnya memiliki. immediate effect (respon berdampak segera) terhadap lingkungan dan dituntun oleh cue atau situasi tunggal (segera menginjak pedal rem ketika tiba-tiba ada anak menyeberang jalan). Kedua, cue-producing response (respon menghasilkan isyarat) yang fungsi utamanya membuka jalan terjadinya generalisasi atau diskriminasi.

4. Secondary drives 

Dalam masyarakat modern yang kompleks, tingkah laku tidak semata-mata diatur oleh reinforcement primer (misalnya: makanan dan air) Kehidupan rnanusia modern dibentuk oleh perjuangan memperoleh prestise status, kebahagiaan, kekayaan, ketergantungan, dan sebagainya. Menurut Dollard dan Miller. stimulus atau cue apapun yang sering berasosiasi dengan kepuasan primary drive, dapat menjadi reinforcement sekunder. 


PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN 

1. Perangkat Innate: Respon sederhana dan Primary. 

2. Konteks Sosial : Dollard dan Miller menekankan saling ketergantungan antara tingkah laku dengan lingkungan sosiokultural. 

3. Training situation 

Analisis Dollard & Miller terhadap empat situasi latihan di atas banyak memakai formulasi Freud. 

a. Feeding situation: adalah situasi pertama yang banyak mengajarkan sesuatu. Misalnya, jika anak yang menangis kelaparan tidak segera diberi makan, akan belajar bersikap apatis dan gelisah (apprehensive).

b. Cleanliness training: belajar mengontrol proses urinasi dan defakasi merupakan tugas yang kompleks dan sulit bagi bayi. Toilet training dianggap sangat penting bagi banyak orang tua.

c. Early sex training: tabu mengenal masturbasi bisa berarti orang tua menanamkan dalam diri anak kecemasan yang sangat dalam seks. 

d. Anger-anxiety: Apabila anaknya marah, orang tua sering mengamuk, menghukum, sehingga anak belajar menekan rasa marahnya. Tanpa rasa mar3h ini akan membuat kepribadian anak tidak dapat berkembang. 


Referensi : 

Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Prees

Rosyidi, Hamim. (2015). Psikologi Kepribadian (Paradigma Traits, Kognitif, Behavioristik dan Humanistik). Surabaya: JAUDAR Press

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TEORI KEPRIBADIAN RAIMOND B. CATTEL

Nisa Armila Gunawan (19310410076) Psikologi Kepribadian II  Dosen Pengampu : Fx Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA. Manusia diprediksikan berdasarkan ciri dan karakternya. Keberadaan sifat-sifat manusia, menjadi objek kajian dari Raymond Bernard Cattel. Hal yang paling menarik dalam penelitian Cattell adalah kepribadian individu dapat memproyeksikan perilaku yang akan terjadi, pada suatu situasi tertentu. Dalam hal ini, temuan teori Cattell, berfokus pada analisa faktor kepribadian. Dimana, aspek kepribadian diidentifikasi sebagai struktur sifat-sifat (traits) secara utuh, sekaligus terdiferensiasi yang motivasinya bergantung pada salah satu gugus sifat, dinamakan sebagai sifat dinamik (dynamic traits). Dengan demikian, Cattell, mengklasifikasi traits, berdasarkan kepemilikan menjadi : 1. Common traits, yang dinyatakan sebagai sifat-sifat umum serta dimiliki oleh semua individu. 2. Unique traits, merupakan sifat-sifat pembeda individu yang menjadikan seseorang unik dan berbeda. Selain itu, p

TEORI KEPRIBADIAN GEORGE KELLY

Nisa Armila Gunawan (19310410076) Psikologi Kepribadian II  Dosen Pengampu : Fx Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA. Teori kognitif yang dikembangkan oleh George A. Kelly dimana hal ini membahas tiga teori yang pada dasarnya dikembangakan dengan tidak melakukan kontak dengan klien dalam terapi. Kelly bermaksud memahami individu secara utuh yaitu dengan menekankan pada cara-cara dalam mengkonstruksi yaitu mempersepsi, menafsirkan, mengontrol, dan meramalkan peristiwa di sekitar dunia mereka. Konstruksi adalah konsep yang digunakan untuk menginterpretasikan atau menerjemahkan dunia. Sebelas tipe struktur kepribadian menurut Kelly yang disebut Corollary : 1. Contruction Corollary: individu mengantisipasi peristiwa di masa depan dengan berdasarkan interpretasi terhadap tema pengalaman yang berulang. 2. Individuality Corollary: perbedaan individu membuat manusia berbeda-beda dalam membuat konstruk atas suatu peristiwa (tergantung interpretasi masing-masing). 3. Organization Corolarry: Individu men