Nisa Armila Gunawan (19310410076)
Psikologi Kepribadian II
Dosen Pengampu : Fx Wahyu Widiantoro, S.Psi., MA.
Burrhus Frederic Skinner dilahirkan di sebuah kota kecil bernama Susquehanna, Pennsylvania, pada tahun 1904 dan wafat pada tahun 1990 setelah terserang penyakit leukimia. Skinner terkenal dengan teorinya yang di sebut dengan operant conditioning.
Dasar dari pengkondisian operan (operant conditioning) dikemukakan oleh E.L. Thorndike pada tahun 1911, yakni beberapa waktu sesudah munculnya teori classical conditioning yang dikemukakan oleh Pavlov. Pada saat itu Thorndike mempelajari pemecahan masalah pada binatang yang diletakkan di dalam sebuah “kotak teka-teki”. Dimana setelah beberapa kali percobaan, binatang itu mampu meloloskan diri semakin cepat dari perobaan percobakan sebelumnya. Thorndike kemudian mengemukakan hipotesis“ apabila suatu respon berakibat menyenangkan, ada kemungkinan respon yang lain dalam keadaan yang sama” yang dikenal dengan hukum akibat.
Berdasarkan teori yang dikemukakan Thorndike, skinner telah mengemukakan pendapatnya sendiri dengan memasukkan unsur penguatan kedalam hukum akibat tersebut, yakni perilaku yang dapat menguatkan cenderung di ulangi kemunculannya, sedangkan perilaku yang tidak dapat menguatkan cenderung untuk menghilang atau terhapus. Oleh karena itu Skinner dianggap sebagai bapak operant conditioning.
Penelitian operant conditioning dilakukan Skinner dengan objek burung merpati. Seekor burung merpati dimasukan ke dalam kotak Skinner (Skinner box); kotak kecil yang kedap, memisahkan merpati dari lingkungan normal dan memungkinkan peneliti mengontrol seluruh variasi lingkungan, mengontrol dan mencatat kejadian stimulus dan respon terjadi.
Tiga Asumsi Dasar Skinner :
1. Perilaku itu terjadi menurut hukum tertentu (behavior is lawful).
Walaupun mengakui bahwa perilaku manusia adalah organisme yang berperasaan dan berpikir, namun Skinner tidak mencari penyebab perilaku di dalam jiwa manusia dan menolak alasan-alasan penjelasan dengan mengendalikan keadaan pikiran (mind) atau motif-motif internal.
2. Perilaku dapat diramalkan (behavior can be predicted).
Perilaku manusia (kepribadiannya) menurut Skinner ditentukan oleh kejadian-kejadian di masa lalu dan sekarang dalam dunia objektif dimana individu tersebut mengambil bagian.
3. Perilaku manusia sapat dikontrol (behavior can be controlled).
Perilaku dapat dijelaskan hanya berkenaan dengan kejadian atau situas-situasi antaseden yang dapat diamati. Bahwa kondisi sosial dan fisik di lingkungan sangat penting dalam menentukan perilaku.
Menurut Skinner tingkah laku bukanlah sekedar respons terhadap stimulus, tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant , operant ini dipengaruhi oleh apa yang terjadi sesudahnya. Operant adalah sejumlah perilaku atau respons yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan yang dekat (Syah, 1999: 88). Jadi operant conditioning itu melibatkan pengendalian konsekuensi.
Ada dua klasifikasi tipe perilaku, yaitu:
a. Perilaku responden (Respondent Behavior)
Respon yang dihasilkan (elicited) organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik berhubungan dengan respon tersebut. Respon refleks termasuk dalam kelompok ini, seperti mengeluarkan air liur saat melihat makanan, mengelak dari pukulan, merasa takut waktu ditanya guru atau merasa malu waktu dipuji.
b. Perilaku operan (Operant Behavior)
Respon yang dimunculkan (emitted) organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang berlangsung memaksa terjadinya respon itu. Terjadinya proses pengikatan stimulus baru dengan respon yang baru. Organisme dihadapkan pada pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakainya untuk menanggapi suatu stimulus. Keputusan respon mana yang dipilih tergantung kepada efeknya terhadap lingkungan (yang tertuju padanya) atau konsekuensi yang mengikuti respon tersebut.
Dalam memanipulasi tingkah laku, yang penting bukan hanya wujud reinforsemennya tetapi juga bagaimana pengaturan pemberiannya. Reinforsemen yang diadministrasi dengan baik memungkinkan kita untuk membentuk tingkah laku. Berikut adalah tahapan reinforcement:
1. Continuous reinforcement (penguat berkelanjutan)
Setiap kali tingkah laku yang dikehendaki muncul akan diberi penguat. Pemberian penguat dapat diatur, tidak kontinu terus menerus tapi selang-seling berdasarkan waktu (interval) maupun perbandingan (ratio).
2. Fixed Interval (Interval Tetap)
Pemberian penguat berselang teratur, misalnya setiap 5 menit.
3. Variabel Interval (Interval berubah)
Pemberian penguatan dalam waktu yang tidak tentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberi sama dengan pengaturan tetap.
4. Fixed Ratio (Perbandingan tetap)
Mengatur pemberian penguat sesudah respon yang dikehendaki muncul yang kesekian kalinya.
5. Variabel ratio (perbandingan berubah)
Memberikan penguat secara acak sesudah beberapa kali patukan dengan rata-rata sama dengan fixed ratio.
Penting untuk dicatat bahwa, tingkah laku yang tidak dikehendaki dapat diperkuat tanpa sengaja dengan kesatuan atau keterdekatan reinforcement.
Referensi :
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Prees
Hamalik, Oemar. (2007). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Komentar
Posting Komentar